Selamat malam, A’, yang entah mengapa terasa semakin jauh. Kini, aku melewati hari yang berbeda. Tidak ada lagi kamu dan perhatianmu. Tidak ada lagi kita dan segala canda yang dulu pernah ada. Hanya rasa sakit yang tertinggal. Kamu tentu tahu, melupakan sesuatu yang sudah sangat melekat bukanlah hal yang mudah. Aku tak bisa membayangkan bangun pagi dan tidur malam tanpa ucapan-ucapan manis darimu. Aku tak ingin tahu rasanya terlelap sebelum mendengar suaramu di ujung telepon. Aku tak ingin perpisahan, tapi Tuhan berkata lain, kita berpisah. Kepergianmu sudah cukup membuatku mengerti bahwa aku tak perlu lagi berharap terlalu tinggi.
Kalau kamu ingin pergi, maka pergilah. Tapi, berjanjilah padaku, aku adalah perempuan yang terakhir kamu sakiti. Setelah ini, pergilah pada ibumu dan cintai beliau dengan ketulusan, sehingga kamu bisa belajar mencintai perempuan lain dengan ketulusan yang sama. Katakan padaku, kamu akan menganggap kata sayang adalah kata yang sakral, sehingga tak akan kamu ucapkan hanya untuk menyakiti perasaan seorang perempuan. Berjanjilah padaku, setelah ini, kamu akan benar-benar pergi, mencari perempuan baru untuk kamu beri kebahagian, bukan tangisan.
Dari pengagummu yang masih
takut kehilangan kamu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar